Header Ads

Arab Saudi sedang berubah...

Arab Saudi sedang berubah : karena ekonomi anjlok (akibat dari harga minyak yg rendah), kerajaan mulai mengenakan pajak kpd rakyat dng konsekwensi pemerintah menjadi lebih terbuka & demokratis. Yg lbh fundamental, Kerajaan menyatakan meninggalkan faham wahabi ekstrim, menuju Islam yg moderat !

#copas dari DDB :

Pangeran Al Waleed bin Talal.

Suatu waktu di awal tahun  2014, seorang relasi saya di Dubai menghubungi saya, dia minta bantuan untuk mendapatkan akses pengambil alihan pabrik senjata di Ukraina. Dia menghubungi saya karena dia tahu saya punya banyak koneksi di Ukraina. Memang banyak pabrik senjata warisan Unisoviet di Ukraina yang terbengkalai karena tidak ada modal dan memang tidak ada lagi pasar. Tadinya pabrik itu berdiri untuk mensuplai kebutuhan dalam Negeri Unisoviet.  Saya tidak serta-merta menerima tawaran itu sebelum saya tahu siapa yang akan membeli pabrik senjata itu. Dia meminta saya datang ke Dubai yang akan diperkenalkan dengan seseorang.

Ketika bertemu saya tahu pasti siapa pria dihadapan saya itu. Dengan setelan mewah dan raut wajah keras namun tampan serta bahasa inggeris british yang bagus, dia memang punya karisma. Pria dihadapan saya itu menceritakan bahwa dia dapat SPK suplai senjata dari Menteri Luar negeri Arab Pangeran Saud al-Faisal. Dia juga cerita kedekatannya dengan Pangeran Abdul Rahman al-Faisal dan Pangeran Turki al-Faisal. Namun dia tidak menjelaskan kemana senjata itu akan dikirim. Dari cara bisnisnya saya tahu pasti bahwa saya sedang berhadapan dengan dunia inteligent tingkat tinggi. Makanya dalam pertemuan itu saya hanya memberikan naman kontak saya di Kiev yang mungkin bisa mereka manfaatkan.  Saya menolak untuk ambil bagian dalam bisnis ini. Alasannya bahwa saya tidak berpengalaman.

Bulan agustus 2014 saya bertemu dengan koneksi saya di Kiev ketika business trip d Bangkok. Dia berterimakasih karena  telah mengenalkan dengan seorang yang membuat dia kaya raya. ‘ Thailand memang sorga bagi orang berduit.” katanya sambil tersenyum. Menurut ceritanya pabrik itu dibeli oleh Pengusaha dari Arab saudi. Namanya Al Waleed bin Talal. Tapi pembelian melalui SPC yang terdaftar di Isle of Man. Uang pembelian pabrik itu dari rekening offshore. Selanjutnya Pabrik itu kembali di operasikan. Senjata berat diterbangkan ke Bandara militer Turki, lalu MIT (Turki Secret Service) meneruskannya dengan kereta api khusus untuk ISIS. Tampaknya tidak mungkin bahwa arus pasokan senjata tersebut bisa dilakukan tanpa melibatkan NATO. Itulah konpirasi membuat ISIS exist dan berperan significant menggoyang pemerintah Irak dan Suriah. Katanya.

“ Tapi “ lanjutnnya, “ Baru saya ketahui bahwa pabrik senjata itu di  beli oleh Talal berkerja sama dengan perwira mantan KGB, yang juga adalah Putin Connection. Mungkin cara Rusia ambil bagian di Syuriah disamping untuk kepentingan geostrategis juga mendapatkan keuntungan dari penjualan senjata melalui pabriknya di Ukraina dan Arab Saudi sebagai mesin uang mereka. Jadi apapun konflik pasti berhubungan dengan bisnis dan itu ada uang yang mengalir. “ Katanya.

Ketika mendapat kabar dari media massa bahwa Pangeran Al Waleed bin Talal di tangkap karena kasus korupsi maka itu pasti berhubungan dengan keterlibatan AL Waleed dalam mendukung ISIS. Bukan rahasia lagi bahwa Al Waleed adalah orang yang punya koneksi dengan Ormas Islam di Indonesia dan meberikan bantuan dana tidak sedikit. Ia juga berada dibalik dukungan menjatuhkan Ahok. Baginya kekalahan Ahok juga pertanda bangkitnya islam yang sesuai agendanya. Ia sangat kaya. Tapi kekayaannya tidak didapat dari bisnis real tapi dari uang komisi atas proyek politik. Ia juga selalu meyakinkan pemerintah Arab Saudi bahwa ancaman kawasan timur tengan juga adalah ancaman dinasti AL Saud. Jadi Raja Arab harus mendukung setiap pembiayaan mengamankan kawasan. Kini semua permainannya sudah tamat. Dia harus mempertanggung jawabkan ulahnya.

Kerajaan Arab sekarang sadar bahwa tidak ada ancaman sesungguhnya. Rasa tidak aman itu datang dari diri mereka sendiri bukan dari luar. Selagi mereka patuh dengan konsesus dunia dan konsisten menjalankan pemerintahan dengan sistem yang adil dan mau membukan diri terhadap peradaban dunia luar untuk saling bersinergi maka mereka akan baik baik saja.  Setidaknya Arab saudi sadar bahwa selama ini mereka dijebak oleh jargon agama untuk membentengi diri mereka namun pada waktu bersamaan ada pihak lain yang kaya raya akibat mindset mereka itu. Kini Arab Saudi sudah menjelma menjadi negara CERDAS dan mau melihat kenyataan bahwa bermitra dengan negara komunis itu bagus, bermitra dengan orang non islam itu bagus, dan semua bagus selagi ada fulus untuk negara. Agama ? Ulama keras kepala diciduk dan dijembloskan kepenjara. Memeluk  Xijinping dan Putin jauh lebih baik daripada bergaul dengan ulama keras kepada yang doyan minta donasi...enak kan..


Loading...

No comments