Header Ads

Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London

Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London



Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Pernahkah kamu mendengar tentang The Black Death? Untuk kamu yang belum pernah mendengarnya, The Black Death atau Maut Hitam adalah pandemi atau wabah yang tertular secara global yang terjadi pada abad ke-14.

Baca juga : Black Death - Wabah Maut yang Nyaris Menghancurkan Eropa

Menurut penelitian, Black Death ini sejatinya adalah wabah pes dan merupakan penyakit yang paling ditakuti di Eropa pada abad pertengahan. Ditakuti di Eropa karena wabah ini paling buruk terjadi di benua tersebut; sekitar 60% penduduk Eropa meninggal karena wabah ini dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Namun tidak hanya yang terburuk di Eropa, Black Death juga disebut-sebut sebagai salah satu kejadian wabah terburuk dalam sejarah manusia hingga saat ini.
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Gejala penyakit pes ditandai dengan kulit korban yang berubah menjadi hitam karena daging yang membusuk di dalamnya. Gejala lainnya yaitu kelenjar getah bening di bagian pangkal paha dan ketiak. Karena pada waktu itu masyarakat Eropa belum mengetahui apa yang terjadi pada mereka, untuk itu mereka menyebut penyakit ini The Black Death karena gejalanya yang berupa kulit menjadi hitam.

Berawal dan berakhir pada abad ke-14, ternyata wabah ini terjadi lagi di Inggris pada tahun 1665-1666, disebut The Great Plague of London. Walaupun terjadi dalam lingkup yang lebih kecil dan dalam periode yang tak lebih lama dari Black Death, faktanya wabah ini telah memakan korban yang tidak sedikit di seluruh London, yaitu sekitar 100.000 jiwa. Tak hanya di London, wabah ini juga menyebar ke daerah-daerah terpencil di Inggris, salah satunya Desa Eyam.
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Dalam sejarah The Great Plague of London, desa Eyam inilah yang paling terkenal di antara daerah-daerah yang terkena wabah. Terkenalnya desa ini adalah karena kisah pengorbanan warganya yang dapat dibilang heroik dan mengharukan. Pengorbanan macam apa yang dilakukan oleh warga desa ini? Simak kisah selanjutnya di bawah ini.

Datangnya Wabah

Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Wabah pes pertama kali datang di desa Eyam pada musim panas di tahun 1665 ketika seorang pedagang dari London mengirim sekarung kain, yang tanpa diketahui dihinggapi kutu penyebar wabah, kepada salah seorang penjahit di desa tersebut, Alexander Hadfield.
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Asisten sang penjahit yang bernama George Vicars diduga telah membuka karung tersebut dan menggantung kain yang dalam keadaan agak basah itu di depan perapian untuk mengeringkannya. Secara tidak disadari, ia telah 'melepaskan' kutu-kutu penyebar bakteri pes itu. Dalam kurun waktu seminggu, Vicars meninggal dan ia lah yang diketahui menjadi korban pertama yang tewas karena wabah di desa tersebut. Tak lama setelah itu, semua orang yang tinggal di rumah tersebut pun jatuh sakit lalu meninggal seperti Vicars.
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com


Pengorbanan

Warga pun menjadi panik dan berencana untuk meninggalkan desa ketika wabah ini mulai menyebar. Dalam keadaan haru biru, muncul seorang pendeta (yang disebut-sebut sebagai tokoh heroik dalam sejarah Wabah Eyam) bernama William Mompesson. Ia membujuk warga untuk tidak meninggalkan desa agar wabah tidak menyebar luas ke desa dan kota lainnya. Setelah berpikir panjang, warga akhirnya mengambil keputususan pahit untuk tetap tinggal meski pun mereka mengetahui kematian akan datang kepada mereka.

Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Untuk itu, di sekitar pinggiran desa disusunlah batu-batu sebagai pembatas. Semua warga desa Eyam, baik yang sakit maupun sehat, berjanji untuk tidak melewatinya sampai wabah pes hilang. Di pembatas ini, mereka menerima makanan dan bantuan dari warga desa lain. Warga desa lain meninggalkan sepotong daging, biji-bijian, dan lainnya. Sebagai bayarannya, warga desa Eyam meninggalkan koin di bak air yang penuh dengan cuka, yang mereka percayai sebagai disinfektan. Sampai hari ini, batu pembatas ini dapat dikunjungi. Bak air yang dulu digunakan warga untuk meninggalkan uang itu pun sekarang bernama Mompesson’s Well.

Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com
Selain mengasingkan diri, warga desa Eyam berupaya untuk meminimalisasi penyebaran wabah di dalam desa. Gereja desa pun dipindahkan ke tempat lain supaya gereja dan para petugas pelayanannya tetap berada jauh dari pemakaman orang-orang yang meninggal akibat wabah. Bahkan setiap anggota keluarga pun harus menguburkan anggota keluarganya sendiri jika meninggal. Banyak warga yang selamat mengalami trauma setelah menguburkan seluruh anggota keluarganya. Terkadang proses pemakaman dilalui dengan sangat pilu, korban yang telah meninggal diseret dengan tali yang telah diikat di kaki korban untuk menghindari kontak langsung. Mompesson pun mengalami hal serupa. Ia harus mengubur keluarganya sendiri.
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com


Setelah 14 bulan berlalu, secara tiba-tiba wabah pun akhirnya menghilang dengan sendirinya. Pada saat itu, setidaknya sebanyak 260 dari 350 warga asli desa Eyam meninggal dunia akibat wabah ini. Banyak warga yang sebenarnya bisa saja terhindar dari kematian dengan keluar dari desa, namun tindakan mengisolasi diri ini secara efektif berhasil menghentikan penyebaran wabah ke Inggris bagian Utara, sehingga dapat menyelamatkan ribuan warga.

Peninggalan


Saat ini kita bisa melihat plakat, tanda, dan peninggalan lainnya di sekitar desa Eyam. Selain itu, setiap hari Minggu terakhir pada bulan Agustus – dikenal dengan hari Plague Sunday (Minggu Wabah) – Peringatan Jasa diadakan di desa Eyam. Orang-orang datang bekunjung ke batu pembatas dan melempar koin sebagai tanda kehormatan kepada para korban yang terjangkit wabah.

Di desa Eyam juga dibangun sebuah museum tentang sejarah wabah desa
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Mompesson’s Well
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Sebuah batu pembatas
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Pemakaman suami dan keenam anak Elizabeth Hancock yang meninggal satu per satu hanya dalam waktu seminggu
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com

Kuburan di desa
Desa Eyam dan Kisah Pengorbanannya pada Periode Wabah Besar London
pic. google.com


Sumber: Kaskus.co.id
Loading...

No comments